Sabtu, 11 April 2009

Fashion

.
0 komentar











DUNIA fashion terus berkembang, termasuk di Jambi. Tak ketinggalan remaja etnis Tionghoa yang juga terus mengikuti tren-tren fashion, baik lokal maupun di luar daerah, seperti Jakarta atau luar negeri. Tak sedikit pula remaja Tionghoa Jambi yang terjun di dunia model dan bergabung dengan agency-agency model yang ada di Jambi.


Sandi, Wakil Ketua Persatuan Mahasiswa Budhis Jambi (PMBJ) mengatakan, dunia fashion di kalangan remaja Tionghoa memang sangat berkembang. Hal sama terjadi di Kota Jambi. “Model-model Jambi banyak yang berasal dari remaja Tionghoa dan bergabung dengan agency-agency,” ujarnya kepada Jambi Independent, kemarin. Yang berprestasi di bidang fashion ini, kata Sandi yang tercatat sebagai mahasiswa Stikom Dinamika Bangsa ini, juga cukup banyak.

Soal tren, katanya, tergantung event. Saat Imlek kemarin, beberapa fashion yang digelar menampilkan tren busana Imlek. “Baju yang dikenakan menyesuaikan. Jika ada fashion seperti Imlek, baju yang dikenakan nuansa Imlek. Jika ada fashion nasional, pakaian yang dikenakan juga pakaian nasional,” ujarnya lagi.

Untuk keseharian, kata Sandi, pakaian yang dikenakan remaja Tionghoa juga sudah campur. Kadang mengenakan busana khas Tionghoa, kadang pakaian nasional, dan kadang mengenakan pakaian yang sedang tren. Malah, kadang-kadang juga berbusana batik. Intinya, kata Sandi, sudah berbaur.

Sementara, Lauren Luciana, yang tercatat sebagai pelajar SMA Xaverius 2 Kota Jambi mengatakan, dalam memilih pakaian yang akan dikenakannya tergantung cocok atau tidak. Tapi, kata Lauren, yang merupakan pelajar Tionghoa, tentu saja menyesuaikan dengan tren yang ada seperti yang dilihatnya di majalah atau televisi. “Tapi, yang terutama, cocok atau tidak. Itu saja,” ujarnya. Namun, kata Lauren, yang pernah membintangi sejumlah sinetron ini mengatakan, ia tidak terlalu memfokuskan soal tren ini.

Untuk dunia fashion di Jambi, Lauren punya pandangan bahwa remaja di Jambi masih kurang berani dalam berpakaian jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain. Maksudnya, tren yang berkembang tidak diikuti seluruhnya, tapi masih setengah-setengah. Masih setengah-setengah. “Ya..masih setengah-setengah gitu,” ujarnya.

Lia Angreni, teman Lauren satu sekolah yang juga dari etnis Tionghoa punya pandangan lain. Katanya, remaja Tionghoa di Jambi dalam mengenakan pakaian sehari-hari kebanyakan lebih memilih you can see. Tapi, bagi Lia sendiri, tergantung situasi mau kemana. “Pokoknya menyesuaikan dan masih dibilang sopan,” ujarnya.

Lia juga tak mau asal membeli baju di toko. Kalau baju tersebut rasanya enak dilihat dan dipakai, ia akan membelinya. Dalam membeli ini, Lia juga hanya melihat perkembangan fashion di Jambi. “Saat melihat jalan-jalan ke pasar, mal, dan lainnya. kalau ada yang cocok, dibeli deh,” ujarnya. Lia menilai, fashion di Jambi lebih condong ke Jakarta.

Sedangkan Rida, pelajar SMAN 1 Kota Jambi yang merupakan pelajar non Tionghoa mengatakan, remaja etnis Tionghoa sangat mengikuti tren dunia fashion. Memang tak salah jika mereka mengikuti itu. Karena mereka memang dianugerahkan postur tubuh yang menarik. Badan yang semampai, kulit yang halus, dan putih pun menjadi andalan mereka untuk mendukung “dunianya”. Tak jarang mereka pun terjun ke agency entertainment.

Hal ini terlihat jelas dalam lomba-lomba fashion atau model yang pesertanya hampir didominasi etnis Tionghoa. Bahkan, mereka pun terkadang mendominasi juaranya juga. “Ini membuktikan bahwa mereka sangat terpengaruh dunia yang katanya tren masa kini,” ujarnya.

readmore »»

Senin, 06 April 2009

Gaya Tren Busana 2009

.
0 komentar


Gaya Tren busana fashion 2009 sangat menarik akan dilihat tren busana 2009 yang akan menggeser fashion 2008, tren busana 2009 lebih minim simpel dan muda di pakai cocok untuk gaya rambut apapun 2009. Busana 2008 kaya detail tampaknya mulai tenggelam di 2009 mendatang. Faktor ekonomi tampaknya menjadi salah satu pemicunya.

Kondisi ekonomi global saat ini sangat memengaruhi bentukan fesyen tahun mendatang. Alhasil, karakteristik busananya lebih sederhana dan minim detail, jelas Taruna K Kusmayadi, Ketua Umum Pusat Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI).


Perancang yang kerap disapa Nuna ini menambahkan, detail berupa batu-batuan berukuran besar pun mulai menghilang dan yang lebih terekspos adalah pengolahan material. Material yang menjadi pilihan di antaranya organdi sutra, sifon, viskos, dan jersey.

Tantangan seperti inilah yang harus dihadapi masing-masing perancang untuk menyulap selembar kain menjadi busana yang menarik, sebut Nuna yang kini sibuk menyiapkan koleksi untuk pergelaran Hong Kong Fashion Week 2009.

Nuna tampaknya juga tertantang menawarkan koleksi busana yang sangat berbeda dibandingkan sebelumnya. Saat ini Nuna terlihat mengedepankan desain yang simpel, namun memiliki nilai jual tinggi.

Kali ini saya sudah tidak lagi melakukan eksperimen. Busana yang dibuat harus bisa dipakai dan laku di pasaran,” jelas Nuna yang merilis koleksi anyar di ajang “Fashion Exploration 2009″.

Di ajang pesta mode paling akbar besutan Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) itu, Nuna mengambil tema koleksi “Pilgrimage”. Dia banyak menawarkan bentukan tangan kelelawar dan celana jodhpur (celana yang mengembang di bagian paha dan berkerut pada bagian bawah).

Koleksi ini memang bagian dari prototype yang akan disederhanakan untuk ready to wear. Biasanya tidak hanya detail yang diminimalisir, tetapi dari sisi desain juga tak serumit aslinya,” pungkas Nuna yang kali ini didukung perancang aksesoris asal Belgia, Rudy Coren.

readmore »»
 

bFF

myspace icons

Followers

- niE aK LhoUw -

xslide1.gif xslide2.gif xslide42.gif